12++ Busana Budpekerti Maluku – Warisan Tradisi Budaya, Gambar & Klarifikasi
Maluku yakni salah satu provinsi dengan kebudayaan tertua di Indonesia. Kehidupan sosial penduduk Maluku masih sangat kental dan memegang teguh ada istiadat warisan leluhur.
Salah satunya yakni tampakdari busana akhlak Maluku yang terus dilestarikan sampai dikala ini. Selain itu, provinsi berjuluk Seribu Pulau ini memiliki keindahan pemandangan alam yang tersebar di 1.400 pulau besar dan kecil.
Baju etika Maluku secara umum memliki rancangan yang sederhana dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. Meski begitu, baju tradisional Maluku mempunyai nilai dan makna filosofis yang terjaga dari generasi ke generasi. Pakaian tradisional tersebut menjadi simbol identitas lokal yang kian memperbesar kekayaan adab budaya Nusantara.
1. Baju Cele (Pakaian Adat Maluku)
Baju Cele atau juga disebut kain Salele yakni pakaian tradisional Maluku berupa kain tebal namun tetap tenteram dikenakan. Ciri dari baju khas Maluku ini adalah berwarna cerah, mirip merah dengan kombinasi garis berwarna emas atau perak.
Pakaian ini merupakan baju akhlak resmi Maluku yang umumnya dikenalan saat upacara adat, pesta rakyat, maupun pernikahan.
Pakaian Selele atau Baju Sale antara pria dan wanita memiliki perbedaan meski terlihat harmonis. Berikut ini adalah perbedaan antara pakaian tradisional pria dan wanita Maluku, ialah:
a. Pakaian Tradisional Pria
Pria Maluku mengenakan baju adat berbentuk jas dengan bab dalam menggunakan kemeja. Bagian bawahnya berupa celana panjang dengan warna sesuai dengan baju bab atas. Untuk menampilkan kesan elegan, ganjal kaki menggunakan sepatu vantovel dengan warna yang diserasikan.
b. Pakaian Tradisional Wanita
Baju Cele untuk wanita ialah kombinasi kain sarung tenun dan kebaya yang mempunyai warna seragam. Sama seperti pria, perempuan juga menggunakan alas kaki berupa sepatu vantovel.
Agar tampil lebih manis dan elok dikala mengenakan baju adab, para perempuan juga menambah riasan serta beberapa aksesoris, antara lain:
- Konde – Bentuk kondek yang digunakan oleh perempuan Maluku hampir sama dengan sanggul riasan rambut yang lain. Umumnya konde yang dikenakan berwarna emas ata Perak. Dalam perumpamaan Maluku, konde tersebut disebut selaku haspel.
- Kak Kuping – Kak Kuping yakni pernak-pernik berbentuk bunga. Jumlah kak kuping yang digunakan untuk melengkapi Baju Cele berjumlah 4 buah. Kak kuping dipasang dan diserasikan dengan konde dan haspel.
- Bunga Ron – Penggunaan bunga ron juga diubahsuaikan dengan konde. Bahan pengerjaan bunga ron yakni papaceda atau gambus. Bunga ron dipasangkan ddengan cara melingkar disekeliling konde.
- Sisir Konde – Untuk menambah bagian estetika atau keindahan, dipakai pula sisir konde. Penggunaan sisir konde juga bermaksud supaya konde tidak jatuh serta menjaga rambut semoga tetap rapi. Cara memakai sisir konde yaitu dengan menjepitnya di tengah konde.
- Kain Lenso – Kain lenso adalah aksesoris embel-embel yang berupa sapu tangan. Kain ini akan ditempelkan dibagian bahu menggunakan peniti. Menurut sejarahnya, penggunaan kain lenzo masih berkaitan dengan komponen Belanda.
Selain Baju Cale, masih ada beberapa pakaian budpekerti Maluku yang hingga dikala ini tetap dilestarikan. Pakaian tradisional ini memiliki karakteristik berbeda dan memiliki makna filosofis bagi pemakainya.
2. Kebaya Putih Lengan Panjang
Pakaian adab Maluku selanjutnya adalah baju kebaya berwarna puti dengan lengan panjang yang yang dibuat dari bahan brokat. Pada zaman dulu, busana ini biasanya dikenakan oleh wanita dari kalangan tertentu, seperti wanita kerajaan, darah biru, serta guru.
Untuk memperbesar kecantikan dan nilai estetika, dipakai pula beberapa pelengkap dan aksesoris. Aksesoris yang sering dikenakan adalah kancing di pergelangan tangan dan kancing di bagian depan.
Baju akhlak Maluku ini juga berhiaskan bordir di bab belakang. Selain itu, ketika mengenakan baju ini umumnya disertakan tusuk konde dan sanggul berupa bundar. Sedangkan alas kaki yang digunakan yaitu sepatu berwarna putih, harmonis dengan warna kebaya.
3. Kebaya Hitam Gereja
Jumlah penganut agama Nasrani di Maluku yang lumayan banyak atau sekitar 41% juga turut besar lengan berkuasa kepada kemajuan pakaian budbahasa. Kebaya Hitam Gereja adalah pakaian lengan panjang berwarna hitam yang yang dibuat dari bahan brokat. Saat menggunakan baju ini, umumnya dipadu-padankan dengan kain sarung.
Kebaya Hitam Gereja juga dilengkapi dengan berbaagai aksesoris untuk memperbesar nilai keindahannya. Aksesoris yang digunakan yaitu kain lenso, celana hitam dan kaos kaki putih. Untuk bagian kepala lazimnya dilengkapi dengan sanggul lingkaran dengan hiasan tusuk konde. Umumnya pakaian ini dikenakan ketika beribadah di gereja.
4. Baju Baniang Putih
Pakaian ini yakni baju budbahasa yang berasal dari Maluku Tengah dan cuma dikenakan oleh laki-laki. Baniang Putih ialah kemeja dengan leher berbentuk lingkaran dan dilengkapi kancing berwarna putih. Biasanya pakaian ini dikenakan untuk dalaman jas.
5. Kebaya Dansa
Saat menghadiri pesta, kebudayaan Maluku mempunyai jenis busana etika tersendiri. Pakaian ini dinamakan Kebaya Dansa dengan rancangan kemeja berlehar bulat tanpa kancing. Bahan pembuatan baju ini adalah kain polos dengan motif kembang-kembang kecil. Pakaian khusus menari ini mampu digunakan oleh pria maupun wanita.
6. Baju Nona Rok
Baju Nona Rok yakni kebaya putih berbahan brokat halus dengan bawahan rok bermotif kembang-kembang. Saat mengenakan baju ini umumnya dilengkapi dengan sanggul, tusuk konde dan ikat pinggang berwarna perak. Sedangkan untuk aksesoris perhiasan sebagai penambah estetika Baju Nona Rok hampir sama dengan Baju Cele.
7. Manteren Lamo
Manteren Lamo yakni pakaian budbahasa Maluku yang cuma boleh dikenakan Sultan. Baju ini terdiri dari jas tertutup berwarna merah dengan hiasan bordir dan ornamen berwarna emas pada bab ujung tangan, leher dan saku bagian luar.
Pada busana ini juga terdapat kancing berskala cukup besar yang terbuar dari bahan perak dan berjumlah sembilan buah. Biasanya busana ini dipadukan dengan celana panjang berwarna hitam dengan variasi merah.
8. Kimun Gia
Kimun Gia ialah kebaya yang khusus didedikasikan untuk wanita dari keluarga atau saudara kerajaan. Pakaian etika Maluku ini terbuat dari kain satin berwarna jelas yang melambangan jiwa muda masyarakat Maluku.
Ketika memakai busana ini, maka para perempuan akan menyertakan aksesoris dan komplemen yang yang dibuat dari emas, mirip kalung, bors, ikat pinggang dan tusuk konde.
9. Baju Koja
Baju Koja ialah pakaian berbentuk jubah panjang yang hanya boleh digunakan oelh pria saudara atau keluarga kerajaan. Baju ini berwarna ceraj, seperti merah muda, biru muda, dan kuning. Saat memakainya, maka akan dipadukan dengan bawahan celana panjang berwarna putih atau hitam, serta dekorasi kepala berjulukan toala palulu.
10. Baju Adat Maluku Utara
Selain busana tradisional Maluku yang sudah dijelaskan sebelumnya, masih ada beberapa pakaian lain. Baju tradisional ini tercipta dan mendapat imbas dari etika, ritual dan akidah yang beragam, contohnya pakaian budbahasa Ternate dan Tidore.
Baju etika ini dikenakan oleh sultan dan disebut dengan Manteren. Sedangkan permaisuri atau istri sultan mengenakan Kebaya Panjang atau Kimun Gia.
Pakaian tradisional Maluku Utara untuk para remaja disebut baju Koja yang dikenakan dan dipasangkan dengan bawahan celana panjang putih atau hitam yang dilengkapi toala palulu di bab kepala. Bagi remaka putri umumnya menenakan kain panjang dan Kimun Gia Kancing atau Kebaya Panjang yang disertai dengan aksesoris taksuma dan bantalan kaki mirip tarumpa.
11. Baju Adat Maluku Utara
Selain baju adab di Maluku Utara, terdapat pula baju tradisional di Maluku Tenggara berbentukBaju Kurung berlengan pendek. Baju daerah ini tidak memiliki kancing sera bawahan mengenakan celana kartou. Celana kartou ialah celana dengan tali yang dapat ditarik pada bab atasnya.
Selain itu ada pula celana hansop atau kes yang dikenakan oleh belum dewasa. Serta ada pula kebaya menampal dengan lengan sepanjang sikut. Untuk para lelali Ambon, Maluku Tenggara mereka mengenakan pakaian etika berupa Baju Kurung berlengan pendek dan tidak berkancing. Baju kawasan ini digunakan dengan celana kartou.
Di tempat Makassar, celana ini panjangnya beraneka ragam, meliputi sepanjang lutut sampai mata kaki serta berskala longgar. Saat bepergian, mereka akan melengkapi penampilan dengan mengenakan topi panjang.
Comments
Post a Comment